Layaknya mata uang, obat memiliki dua sisi. Ada aksi farmakologis atau terapi yang dibutuhkan, juga bisa punya efek samping yang merugikan. Obat idealnya memiliki efek terapi yang optimal, tanpa efek samping efek yang tidak diinginkan. Menurut Drs. Iswanto, MM, Apt, pada obat tertentu sering sulit dihindari adanya efek yang tidak diinginkan.
- Efek samping
Kadang sulit membedakan efek samping dan kerja utama obat, mengingat kebanyakan obat bisa memiliki lebih dari satu aksi farmakologis. Misalnya, penggunaan antihistamin pada obat flu, memiliki efek samping sedative yang kadang dibutuhkan oleh mereka yang ingin istirahat. Bisa berbahaya bila digunakan oleh mereka yang sedang bekerja dengan mesin atau mengendarai kendaraan bermotor.
Efek samping sering tidak terhindarkan, seperti timbulnya rasa mual pada penggunaan hormon estrogen.
- Alergi
Reaksi alergi adalah mekanisme pertahanan tubuh yang menyimpang. Saat allergen (bahan penyebab alergi) masuk ke dalam tubuh, ia bereaksi dengan antibodi. Gejala alergi ringan seperti gatal-gatal dan kemerahan pada kulit.
Bisa mengarah pada hal yang membahayakan seperti demam, serangan asma sampai syok anafilaksis. Reaksi alergi bisa berkembang cepat; mula-mula ruam merah di kulit, bentol, kemudian pembengkakan pada mata, bibir, tangan/kaki sampai pusing dan pingsan.
- Fotosensitasi
Fotosensitasi adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya, karena penggunaan obat tertentu.Obat yang digunakan untuk tujuan efek lokal seperti antibiotik, antijamur, antiseptik dan antihistamin, sering menimbulkan efek fotosensitasi.
- Idiosinkrasi
Idiosinkrasi adalah peristiwa, di mana suatu obat memberi efek berbeda dengan efek normalnya. Kondisi ini bersifat individual, akibat kelainan genetik. Contohnya, penggunaan neuroleptik yang efeknya menenangkan. Bisa terjadi reaksi yang berlawanan; pasien menjadi gelisah dan cemas.
- Efek teratogenik
Ini efek toksik obat pada janin. Obat memberi manfaat terapi bagi ibu, tapi berefek buruk berupa cacat pada janin. Terjadi karena beberapa obat tertentu dapat melintasi plasenta dan dapat diabsorbsi oleh janin. Tahun 1960-an tercatat obat tidur thalidomide menyebabkan banyak bayi lahir cacat dari ibu yang mengonsumsi obat tersebut.
Efek teratogenik khususnya berbahaya pada kehamilan muda (minggu ke 3 sampai 8). Mengingat efek yang tidak diinginkan, setiap mengonsumsi obat sebaiknya perhatikan informasi yang menyertai. Atau konsultasi dengan dokter & farmasis. (jie)